MENULIS
Disusun guna memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Kelas Rendah
Dosen pengampu :
Tabah Subekti.S.Pd
Disusun oleh :
1.
Intan Sari Dewi
2.
Dodo Prastyoko
3.
Fita Rahmawati
4.
Satrio Budi Utomo
5.
Feni Yuni Lestari
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAGELANG
2013
DAFTAR ISI
1.
Halaman Sampul.......................................................................................................................... i
2.
Daftar Isi...................................................................................................................................... ii
3.
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
3.a.
Latar Belakang..................................................................................................................... 1
3.b.
Tujuan................................................................................................................................... 2
3.c.
Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
4.
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
4.a.
Pengertian Menulis Menurut Para Ahli................................................................................ 3
4.b.
Perkembangan Menulis Anak............................................................................................... 4
4.c.
Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas Rendah.......................................... 5
4.d.
Tahap-tahap Proses Belajar Mengajar................................................................................... 7
4.e.
Alat Pembelajaran................................................................................................................. 9
4.f.
Media Pembelajaran............................................................................................................. 9
4.g.
Kesulitan Belajar Menulis..................................................................................................... 10
5.
BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan
adalah usaha sadar dan sistemastis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi
tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat
sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004:34). Pendidikan ialah
pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,
dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
bagi masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002:10)..Untuk itu mereka harus disiapkan
sejak dini agar mempunyai kemampuan, karakter dan kepedulian terhadap
perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar, 1998).
Salah
satu kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah kemampuan membaca
dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis merupakan bekal utama bagi peserta
didik untuk dapat memahami mata pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah
(Stephens, 2004). Kemampuan ini dapat mulai pada kelas rendah. Namun, cara
belajar membaca dan menulis tradisional yaitu dengan menggunakan pensil dan
kertas dinilai relatif kurang diminati oleh peserta didik. Indikasi ini
dimungkinkan karena faktor belajar peserta didik yang kurang efektif, bahkan
peserta didik sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran
di kelas. Peserta didik cenderung lebih suka bermain dengan warna, gambar,
suara, lagu dan mendengarkan cerita daripada belajar dengan cara tradisional
(Izhar, 1998).
B.
Tujuan
Memberikan
bekal utama yang sangat penting dalam pendidikan kepada peserta didik yaitu
sebelum peserta didik mengikuti atau beranjak ke pelajaran lain peserta didik
di beri bekal utama yaitu menulis.
C.
Rumusan Masalah
A.
Apakah yang dimaksud menulis menurut para ahli ?
B.
Bagaimana untuk mengetahui perkembangan anak dalam menulis ?
C.
Bagaimana cara pengajaran menulis di kelas rendah ?
D.
Bagaimana tahap-tahap cara belajar ?
E.
Contoh alat bantu pembelajaran ?
F.
Media yang sering digunakan dalam pembelajaran menulis ?
G.
Apakah kesulitan dalam proses belajar menulis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pngertian Menulis Menurut Para ahli
Menulis
merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa,
menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara,
dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis
merupakan kemampuan yang tidak penting. Dalam menulis semua unsur keterampilan
berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang
benar-benar baik.
Henry Guntur Tarigan (1986: 15)
menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan
ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini,
Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide,
pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini,
Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu:
meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun
suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141)
menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.
Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) writing
is one of the most important things you do in college. Menulis merupakan salah
satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang
baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan,
proposal atau tugas di sekolah.
Pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram
(2002: 7) in principle, to write means to try to produce or reproduce writen
message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha untuk membuat atau
mereka ulang tulisan yang sudah ada.
Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith
(1989: 18) menyebutkan writing is a creative act, the act of writing is
creative because its requires to interpret or make sense of something: a
experience, a text, an event. Menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis
kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah pengalaman,
tulisan, peristiwa.
M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan
pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam
lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa
menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.
B. Perkembangan Menulis Anak
1.
Coretan-Coretan Acak
Pada tahap awal, seorang anak memulai belajar menulis
dengan membuat coretan, Coretan awal, coretan acak. Warna-warna coretan dapat
dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam kelompok-kelompok setiap
halaman. Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.
2.
Coretan Terarah
Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus
ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk
lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan
menyebar secara acak di seluruh permukaan kertas.
3.
Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang (Menulis
Garis Tiruan)
Diwujudkan melalui bentuk, tanda,
dan garis-garis yang terarah. Dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan
halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis;
dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
4.
Latihan Huruf-Huruf Acak atau Nama
Huruf-huruf muncul berulang-ulang
diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol;
dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam
gambar sederhana yang sudah dikenalnya misalnya rumah, saling berhimpit di atas
yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling tertukar ,
atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat menggunakan huruf
besar atau yang lainnya kecil.
5.
Menulis Nama
Nama panggilan dan tulisan yang muncul berulang-ulang
dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama dapat
ditulis di atas kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad
dapat dimasukkan.
6. Mencontoh Kata-Kata di Lingkungan
Menulis kata-kata dari lingkungan secara acak dan
diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk nama anggota
keluarga lainnya.
7.
Menemukan Ejaan
Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata
dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata.
8.
Ejaan Umum
Usaha-usaha mandiri untuk
memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.
Itulah tahap-tahap perkembangan menulis pada anak menurut titik firman
dalam websitenya. Namun Selain mengetahui kesiapan anak untuk belajar menulis,
perlu memerhatikan juga tahapan perkembangan kemampuan menulis pada anak.
Dengan begitu, orangtua dan guru dapat memberikan stimulus yang tepat, sesuai
dengan kemampuan anak. Cara menstimulasinya adalah dengan menggunakan variasi
metode dan media yang menarik agar anak senang berlatih menulis.
C. Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan di
Kelas Rendah
Kegiatan
menulis peserta didik sekolah dasar masih rendah dibandingkan kegiatan
berbahasa lainnya yaitu berbicara, membaca, dan menyimak. Dari hasil studi
pendahuluan diketahui bahwa. kemahiran menulis peserta didik sangat ditentukan
oleh kemampuannya saat belajar dan menulis permulaan. Pelajaran membaca dan
menulis permulaan mengajarkan:
1)
pengenalan huruf dan rangkaiannya, seperti: suku kata, kata, dan kalimat;
2)
cara menulis huruf, suku kata, kata dan kalimat pendek dengan benar.
Jadi pelajaran membaca dan menulis
permulaan bertujuan untuk memberikan kemampuan mengenal huruf dan mengubahnya
menjadi rangkaian bunyi yang bermakna serta melancarkan teknik membaca pada
anak-anak (Purwanto dan Alim 1997).
Pelajaran membaca dan menulis
permulaan biasanya dimulai dengan tulisan. Ada beberapa alasan mengapa
pelajaran membaca permulaan menggunakan tulisan (Burns, Roe, dan Ross, 1984).
Alasan pertama adalah pengenalan tulisan sejak awal dapat membuat anak memiliki
pengalaman membaca yang baik dan memberikan pengaruh sikap yang baik dalam
membaca.Kedua, anak dapat mulai menyadari bahwa tulisan merupakan rekaman bunyi
yang teratur. Alasan ketiga, bagi pembaca pemula, kata-kata lebih mempunyai
arti daripada dihafalkan. Selain dari ketiga alasan di atas ada beberapa alasan
lain yaitu dengan menggunakan tulisan anak akan mempunyai tambahan pengetahuan
bahwa membaca tulisan dan menulis dalam bahasa Indonesia itu harus dilakukan
dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, mengenal kata-kata yang sering
digunakan dan pengalaman-pengalaman baru lainnya yang tanpa disadari oleh si
anak dan tanpa dipaksakan sudah terekam di otaknya (Burns,dkk., 1984).
Pengenalan bentuk dan nama huruf
yang diajarkan kepada peserta didik digunakan sebagai acuan kesamaan antara
guru dengan peserta didik. Huruf yang diajarkan harus dimulai dengan huruf dari
kata-kata yang sederhana dan sering digunakan oleh peserta didik atau sudah
dikenal peserta didik, Huruf yang hampir sama atau bentuknya berbalikan,
seperti huruf b dan d tidak boleh diajarkan pada waktu yang sama karena dapat
membingungkan peserta didik.Yang penting di sini adalah peserta didik tidak
boleh dipaksa untuk menghafalkan bentuk huruf-huruf alphabet karena akan sangat
membosankan dan menyiksa bagi pembaca pemula sehingga tujuan yang ingin dicapai
sulit terpenuhi (Burns, dkk., 1998).
Selain pengenalan huruf, kemampuan
untuk membedakan tulisan secara visual juga perlu dikembangkan sebelum peserta
didik mulai mempelajari tulisan. Kemampuan ini dapat diasah dengan menunjukkan
dua tulisan kata-kata yang hampir sama dengan disertai gambar, Melalui dua kata
ini diharapkan peserta didik memperhatikan detail setiap huruf yang menyusun
kata (Burn, dkk., 1998).
Mengajar membaca dan menulis
permulaan, seorang guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Perpindahan materi dapat
dilakukan jika peserta didik dirasa sudah mampu untuk mengikuti materi
selanjutnya.
2) Jika ada materi yang belum dapat
dikuasai oleh peserta didik maka harus diulang dengan cara yang lebih sederhana
dan menyenangkan untuk menghilangkan kebosanan dan frustasi. Berdasarkan
hal tersebut mengajarkan membaca dan menulis permulaan, seorang pengajar tidak
boleh dibatasi oleh target waktu pertemuan yang dapat menyebabkan pengajar
kurang memperhatikan kemampuan peserta didik karena terlalu fokus ke target
waktu yang sudah ditentukan tersebut.
Agar materi yang diberikan lebih
mudah dan cepat dikuasai oleh peserta didik maka pengajar harus memiliki
persiapan sebelum mengajar. Persiapan ini harus disesuaikan dengan perkembangan
psikologi peserta didik, merencanakan pendekatan yang perlu dilakukan,
melakukan evaluasi terhadap tingkat penguasaan peserta didik dan menpersiapkan
pengayaan dan perbaikan yang perlu dilakukan.
Dengan mengetahui perkembangan
psikologi peserta didik,diharapkan guru dapat lebih bijaksana dalam menghadapi
dan memberikan pendekatan pada anak selama belajar. Alat peraga yang dapat
digunakan untuk membantu penyampaian materi agar peserta didik lebih mudah
menerima materi yang diberikan.
D. Tahap-tahap Proses Belajar Mengajar
Urutan pelajaran menulis awal pada kelas rendah
dilakukan sebagai berikut.
1. Pengenalan huruf dengan lagu ABC
Biasanya para pengajar mempermudah pelajaran membaca dan menulis, dengan
lagu ABC yang lazim dikenal dalam pembelajaran membaca dan menulis.
Pengenalan huruf (alfabet) dengan lagu sangat banyak membantu apalagi bagi siswa yang sama sekali belum mengenal huruf. Dengan demikian pembelajar yang belum pernah diajari huruf oleh orang tuanya atau belum pernah diajari huruf ketika di taman kanak-kanak dapat dikenalkan dengan huruf melalui lagu ABC.
Pengenalan huruf (alfabet) dengan lagu sangat banyak membantu apalagi bagi siswa yang sama sekali belum mengenal huruf. Dengan demikian pembelajar yang belum pernah diajari huruf oleh orang tuanya atau belum pernah diajari huruf ketika di taman kanak-kanak dapat dikenalkan dengan huruf melalui lagu ABC.
2. Memegang pensil
Setelah mengenal huruf
melalui lagu, selanjutnya siswa akan belajar cara memegang pensil. Hal ini
harus diperhatikan karena tidak semua siswa, khususnya di kelas rendah,
mengetahui atau terbiasa memegang pensil. Memegang pensil pun perlu terbiasa.
Dengan demikian, siswa yang oleh orang tuanya tidak diajari memegang pensil dan
menulis akan mempunyai kesempatan untuk belajar memegang pensil. Memegang
pensil harus dengan erat tetapi lentur. Bila siswa tidak terbiasa, goresan
pensilnya akan bergerigi dan tidak mantap. Seorang pengajar perlu memeriksa
bila ada pembelajar yang memegang pensil secara keliru. Pengajar mesti
memperbaiki bila ada pembelajar yang keliru memegang pensilnya.
Memegang pensil secara keliru, bila terbiasa dan terbawa hingga dewasa,
akan menyebabkan tangan mudah pegal ketika menulis. Menulis awal merupakan
keterampilan motorik yang mesti dilatih dan dibiasakan.
3. Menggoreskan pensil (miring, tegak, datar,
lingkar)
Menggoreskan pensil merupakan latihan awal yang mesti dikuasai siswa. Di
kelas rendah, menggoreskan pensil ini mesti dilakukan semua siswa. siswa
menggoreskan pensilnya secara miring (diagonal), tegak (vertikal), datar
(horizontal), lingkaran (circle, oval). Karna penggoresan pensil ini
akan mempengaruhi tulisan siswa.
4. Urutan pengenalan huruf: c, d, g, j, y
Huruf-huruf yang diperkenalkan kepada pembelajar tidaklah sekaligus 26
huruf dalam satu pertemuan. Pelajaran pengenalan huruf boleh jadi hanya lima
atau enam huruf satu pertemuan. Bahkan selanjutnya hanya diperkenalkan dua atau
tiga huruf dalam satu pertemuan.
5. Kreasi kata / kalimat awal
Sebagaimana diungkap di
atas, pelajaran menulis awal akan berkaitan dengan membaca awal. Dengan demikian,
sebelum siswa menulis, siswa terlebih dahulu diajari untuk mengenal huruf-huruf
yang akan dibacanya. Dengan demikian, pertama-tama siswa tidak diajari membaca
suku kata atau kata dahulu, melainkan membaca atau mengenal huruf.
Untuk dapat membaca
huruf, siswa terlebih dahulu diperkenalkan pada huruf-huruf. Hal ini penting
dilakukan karena tidak semua pembelajar di kelas rendah mengenal huruf. Tidak
semua pembelajar pernah belajar di taman kanak-kanak (TK) atau playgroup.
Tidak semua pembelajar pernah diajari orang tuanya mengenal huruf (membaca dan
menulis) sebelum pembelajar itu masuk sekolah dasar.
Belajar membaca dan
menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh
karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya
dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah
sebagai berikut:
1). Menulis huruf
2). Merangkaikan huruf
menjadi suku kata
3). Merangkaikan suku
kata menjadi kata
4). Menyusun kata
menjadi kalimat
E. Alat Pembelajaran
Agar
proses pembelajaran berhasil dengan baik , maka sebaiknya guru dalam membuat
alat bantu pengajaran perlu mengakomodasi kebutuhan peserta didik dengan
memperhatikan beberapa hal :
1.
Peserta didik kelas rendah tahun pertama lebih mudah belajar membaca dan
menulis dengan menggunakan media gambar, cerita, lagu, atau suara dibandingkan
dengan menggunakan buku acuan yang dijual di toko-toko ataupun menggunakan buku
tulis.
2.
Pelajaran membaca dan menulis seharusnya diajarkan di TK, sehingga pada saat
memasuki SD kelas 1 mereka sudah siap mengikuti pelajaran terutama
pada pelajaran yang membutuhkan kemampuan membaca dan menulis yang baik.
3.
Peserta didik kelas rendah tahun pertama membutuhkan pendamping dalam belajar
membaca dan menulis.
F. Media yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
Untukmengajarakanmenulispermulaanadabeberapajenis
media yang dapatdigunakanantaralain :
a. Papantulis,
digunakan guru untukmemberikancontoh, danolehsiswadigunakanuntukmenuliskanapa
yang ditugaskanoleh guru. Misalnyamenulis kata, kalimat, namasendiri,
dansebagainya.
b.
Papanselipdigunakanoleh guru untukmenyelipkangambarataukartu kata, kartukalimat
yang harusdisalinolehsiswaataugambar yang harusdituliskanjudulnyaolehsiswa.
c.
Papantali, digunakanuntukmenggantungkankartukalimat, kartu-kartu kata, danhuruf
yang harusdisalinolehsiswa, ataugambar yang perludituliskanjudulnya.
d.
Majalahanak-anakdapatdigunakanuntuktugasmenyalinkalimatsederhanayanga da
didalamnyaataumenyalinjudul
e.
Papannama, kartunama, label,
dansebaginyadigunakanuntuktugasmenyalin.
G. Kesulitan Belajar Menulis
Seperti telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan
tangan atau menulis perulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a.
Menulis Dengan Tangan Atau Menulis Permulaan.
Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan
anak untuk menulis, antara lain : (1) Motorik, (2)Perilaku, (3) Persepsi,
(4)Memori, (5)Kemampuan melaksanakan cross modal, (6) Penggunaan tangan yang
dominan, (7)Kemampuan memahami insting.
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan
dalam menulis. Tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis.
Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat
menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang
terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi
visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk –
bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan
\n\ atau \m\ dengan \w\. Jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak
akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru.
Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan
belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika
gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf
atau kata; dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan
mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia
menunjukkan kepada ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol –
simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak
memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan
sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu
besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil
ditangan atau menyeret.
b.
Menulis Mengeja.
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau
berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata
yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan
memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\,
\i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub, tiga
susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakir tidak
mengandung makna oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi urutan
hurut yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
c.
Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan kedalam
suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami oleh orang lain yang sebahasa.
Menulis ekspresif disebut juga mengarang ata komposisi.
Kesulitan
menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang dialami baik oleh anak
maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih
dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan
jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan,dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran menulis awal di kelas
rendah merupakan pembelajaran yang penting karena menentukan keberhasilan
pendidikan pada mata pelajaran lain dan kelas-kelas selanjutnya. Kegagalan
pembelajaran menulis awal yang terjadi di sekolah dasar dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti tidak idealnya rasio pengajar-pembelajar. Seorang
pengajar dituntut untuk mengajarkan menulis awal kepada lebih dari dua puluh
pembelajar. Hal ini sangatlah berat. Sekalipun demikian, salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan pembelajar dalam pembelajaran menulis awal adalah
tanggung jawab pengajar sendiri. Tanpa mengabaikan faktor lain seperti
kemalasan pembelajar atau tuntutan kurikulum yang tidak relevan dengan
kepentingan pengajaran, peran pengajar dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran menulis awal sangatlah dominan.
Beratnya tanggung jawab pengajar
dalam mengajarkan menulis awal sebaiknya diantisipasi oleh keluarga (orang tua)
dengan memberikan bimbingan awal dalam menulis seperti memegang pensil dan
menggoreskan pensil di buku tulis. Bimbingan awal dari orang tua ini akan
meringankan tugas pengajar dalam mengajarkan menulis awal di sekolah. Orang tua
dapat pula menitipkan pendidikan awal anaknya di taman kanak-kanak dan playgroup
sebagai bekal belajar di sekolah dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar