PELINDUNG SETIAKU
Matahari menyingsing sela sela korden kamar tidur ku,
teringat ku akan perjalanan yang melelahkan yang kualami semalam, perjuanganku
menuju UMP untuk mengikuti lomba Penulisan Karya Sastra Peskimida 2014.
Disaat ku mulai memsasuki gedung F UMP, rasa tegang tercampur
akan kegembiraan menyelimuti perasangka ini, seakan akan aku akan bertempur
melawan seribu pasukan yang akan menyerbu, aku pun mulai bertempur dengan
memasuki ruangan dengan bermodalkan keyakinan dan notebook acerku ini.
Waktu dan udara yang begitu panas menggrogoti seluruh pikiran
dan tubuh ini, yang membuatku rindu akan rumahku, yang penuh kesegaran,
kenyamanan dan selalu memanjakan pemiliknya. Rumahku yang berada di lereng
gunung sindoro, yaitu tepatnya di daerah parakan temanggung.
Hari ini, tepatnya hari sabtu 10 mei 2014, adalah hari sabtu
yang sangat berbeda dengan hari hari sabtuku yang biasanya, dimana setiap hari
sabtu ku berada dirumah untuk merefresh otaku dan menikmati libur kuliah. Kini
aku harus merasakan sempitnya ruangan dan panasnya udara.
Entah apa yang ada dalam benaku, aku tak bisa berfikir
jernih, sekan aku ingin berlari menemukan kubangan air yang bisa membuat tubuh
ini segar kembali, namun aku tak bisa, aku rindu kesejukan aku ingin kesejukan,
aku ingin kulit-kulitku ini merasakan betapa nikmatnya dunia. Tolonglah aku
ingin pulang.
Rumahku yag berukuran 10 X 15 meter, berwarna biru yang
menunjukan kesejukan yang ia punya, berpintu kayu yang menunjukan
kesederhana’anya, dan beruang-ruang yang menunjukan kefungsianya, menyimpan
sejuta kenangan yang takkan pernah kulupakan, rumahku yang dulunya adalah rumah
nenek moyangku yang diwariskan kepada ayah dan bundakuku. Kini menjadi tempat
perlindungan untuku dan seluruh anggota keluargaku, dari teriknya mentari,
dinginya malam, terpaan air hujan bahkan pentir yang menyambar-nyambar. Ia
tetap kokoh berdiri mengerahkan ssejuta tenaga yang ada untuk melindungi
tuanya.
Kini aku berada di tempat yang jauh akan rumahku, aku rindu
akan sosoknya yang sederhana nan sejuk, dari kecil sampai sekarang aku sudah
menginjak umur 22 tahun, ia tak pernah bosan menjagaku, tak pernah memarahiku
dan mungkin tak akan pernah mengusirku, karena aku tahu bahwa ia mempunyai jiwa
yang begitu besar dan kesetiaan yang begitu tinggi.
Begitu pun juga denganku aku tak pernah bosan danganya, aku tak pernah bosan tuk kembali kerumah, dan
aku juga gak tau kenapa aku tak pernah bosan tuk rindu kepadanya, mungkin
karena kesetianya menjagaku dari aku kecil sampai sekarang ini yang membuatku
tak pernah bosan denganya.
Di waktu bayi aku selalu berada dirumah, bahkan aku tak
pernah di ajak keluar oleh kedua orang tuaku baik itu pagi, siang, sore,
apalagi malam, karena di luar rumah
cukup berbahanya buat aku, dan itu merupakan sebuah bukti bahwa satu-satunya
tempat yang bisa menjagaku waktu bayi adalah rumahku.
Waktu yang tak mungkin bisa berhenti, yang terus mengantarku
menuju pertumbuhan menjadi seorang manusia yang sempurna, di sela pertumbuhanku
aku mulai di’ijinkan tuk keluar rumah dengan di damping seseorang yang bisa
menjagaku di dalam gendonganya. Semenjak itu aku tahu akan indahnya dunia
tempat dimama rumahku berpijak menacapkan cengkraman – cengkramanya untuk
bertahan dari terpaan – terpaan angin, udara, petir dan sejenisnya.
Tanpa terasa aku mulai tumbuh besar, dimasa – masa sekolah
dasar mungkin aku menjadi seorang bocah yang nakal, cengeng, dan meminta apapun
yang aku inginkan, semasa itu aku sudah bisa keluar rumah sendiri tanpa ada
yang menjagaku, bahkan aku sering keluar rumah tanpa melihat waktu, hingga awan
yang tadinya biru berubah menjadi putih kejinggaan karena sang mentari telah menyembunyikan
sinarnya dibalik gunung – gunung. Aku pun segera pulang kerumah tuk berlindung
dari dinginya malam yang sunyi dan menakutkan. Tak ku sangka betapa besarnya
jasa yang telah ia berikan kapadaku. Sungguh bisakah aku membuatnya senang,
apakah yang dia inginkan seandainya ia bisa berbicara dan mengatakan apa yang
dia inginkan, sungguh akau akan berusaha
mengabulkan permintaanya.
Masa remajaku tiba dimana aku lebih sering berada luar rumah
di banding berdiam diri berda di rumah, aku sering keluar rumah bahkan sampai
tak pulang kerumah jika harus mengerjakan tugas sekolah dirumah teman, tapi
walaupun aku tidur dirumah temanku, dimana temanku mempunyai rumah yang lebih
besar dan lebih megah di bandingkan dengan rumahku, aku selalu tidak bisa tidur
lelap, dan sering terbangun di tengah – tengah malam, dan aku selalu rindu akan
rumahku dan berangan-angan seandainya aku berada dirumahku pasti aku akan
tertidur lelap dan tak terbangun sebelum ayam berkokok membangunkan tidurku,
dikala itu menyadari bahwa rumahku lah yang paling nyaman dan paling sejuk
untuku berlindung dan merebahkan tubuh ini disetiap malam.
16 mei 2011 itu adalah tepat tanggal pengumuman kelulusan
anak SMA, pagi pagi sekali aku sudah terbangun dari tidurku, karna kuteringat
akan hari pengumuman kelulusan SMA. Dari pagi aku gelisah melihat tingkah laku
ayahku yang sangat santai dan belum siap – siap pergi kesekolahku tuk
mengambilkan surat kelulusan yang akan dibagikan hari ini jam 09.00 WIB, waktu
telah menunjukan pukul 08.00 WIB dimana ayahku masih snatai duduk di kursi tamu
sambil menikmaati kopi, aku hanya mondar mandir dirumah dan sesekali mengingatkan
ayahku,
Saya : ” yah cepet donk siap – siap pergi
kesekolahku “
Ayah : “ ya ya bentar lagi ini kopinya juga belum
abis “
Saya : “
lah ayah Ayo donk yah “
Ayah : “ iya sebentar paling palingjuga sering
molor kox pembagianya “ katanya jam 09.00 tapi biasanya molor sampai jam 10.00.
Saya : “ ya siap siap dulu kan bisa tha yah “
Ayah : “ iya iya kalau nggak lulus Awas “
Saya : “ Iya Ayah pasti LULUS “ hehe
Beberapa menit kemudian ayah berangkat kesekolah, aku hanya
menunggu dirumah karena aku tak diijinkan ikut oleh ayahku, dengan gelisah aku
duduk, berdiri terbaring, dan sesekali melihat jam, tanpa terasa waktu telah
menunjukan pukul 10.30 WIB suasana dipikiranku mulai tidak karuan, kenapa
ayahku belum pulang juga, padahal aku sudah tidak sabar menungguya pulang dan
mengetahui hasil pengumuman kelulusanku. Aku hanya bisa merenung di rumah
menunggu kembalinya ayah. Dan beberapa saat kemudian ayahku pulang dengan
membawa selembar kertas pengumuman kelulusan, tanpa bicara apapun aku langsung
mengambilnya, dan membacanya yang bertuliskan “LULUS” aku sangat senang diwaktu
itu ketika aku tahu bahwa aku lulus.
Tanpa basa-basi aku segera memacu motorku tuk menemui teman –
temanku dan ternyata teman temanku telah berkumpul di sekolah untuk konvoi
bersama - sama mengelilingi kota temanggung dan kamipun berangkat untuk
bersenang senang.
Petang pun tiba dimana aku harus pulang kerumah, setibanya
dirumah aku langsung bersih bersih badan dan melepas kecapeanku setelah
seharian bersenang senang merayakan kelulusan. Pikiranku terus terbayang akan
kesenangan yang telah ku alami saat itu. Tiba – tiba pikiranku berubah menjadi
pemikiran akan masa depanku, akankah aku akan meninggalkan rumah dan keluargaku
setelah aku lulus sekolah ini, apa yang akan ku pilih kuliah atau kerja, aku
bingung menentukan itu, sampai aku tertidurpun aku belum bisa menemukan jawaban
dari pertanyaanku sendiri.
Keesokan harinya aku mendapat pesan dari guru SMK ku, bahwa
hari ini akan ada tes penerimaan tenaga kerja baru disekolah yang akan
dipekerjakan di bekasi, tanpa berfikir panjang aku langsung pergi kesekolah
untuk mengikuti tes itu.
Selang beberapa hari kemudian aku masih bingung menentukan
akan melanjutkan kuliah atau mencari kerja. Dan pada saat yang tak ku duga
sebelum aku menemukan jawaban akan kelanjutan yang akan kujalani. Sebuah pesan
singkat masuk ke ponsel ku yaitu pesan singkat dari guru sekolahku yang
berbunyi “ selamat kamu diterima di PT Yasunli Abadi Utama Paltik “ Bekasi, aku
tidak menyangka kalau aku akan diterima di PT itu. Ahirnya aku memutuskan untuk
bekerja di banding kuliah.
Waktu pemberangkatan telah tiba, aku segera berkemas kemas
dan pamitan kepada kedua orang tuaku, disamping rasa bahagiaku karena diterima
bekerja perasaan sedih juga menyelimutiku yang belum pernah pergi dari rumah
dalam waktu yang lama. Setiba di bekasi aku langsung ditempatkan dipekerjaanku
yaitu sebagai operator mesin. Berhari – hari aku berada disana tak semalampun
aku tidak teringat akan rumahku dan keluargaku. Namun aku harus tetap bertahan
bekerja di tempat yang jauh itu karena itu sudah menjadi keputusanku ketika aku
lulus sekolah, aku tak bisa pulang begitu saja karena aku takut akan
mengecewakan orang tuaku.
Aku berusaha bertahan hidup di bekasi selama 1 tahun, karena
sengat rinduku akan rumah dan mulculah rasa keinginanku tuk melanjutkan kuliah,
aku memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanku dan kembali kerumah.
Waktu kepulangnku ke rumah telah tiba yaitu setelah surat –
surat pengundurandiriku di pekerjaan terselesaikan, akupun segera berkemas –
kemas membereskan barang –barangku , dengan rasa senang dan gembira aku manaiki
bus yang akan membawaku menuju kota kelahiranku. Setelah semalam perjalanan
tibalah aku di kota temanggung tepatnya di parakan, dengan rasa tidak sabar
ingin cepat – cepat sampai dirumah aku menurini bus, sejenak aku memandang
kedepan aku melihat sosok seorang laki – laki setengah tua yang sangat ku kenal
dan tak diragukan lagi dahwa dia adalah ayahku, setelah aku menurunkan barang
barangku dari bus aku langsung menemui ayahku dan melanjutkan perjalanan
kerumah. Setibanya dirumah aku di sambut oleh keluargaku dan kerabat kerabatku,
hari hariku semakin indah ketika aku dapat kembali ke rumah lagi dan hidup bersama
keluargaku lagi.
Hari hari belalu dan tiba saatnya aku untuk mencari
Universitas, aku harus menentukan untuk kuliah dimana, dimana kuliah itu
memerlukan waktu kurang lebih 4 tahun untuk lulus, sedangkan aku yang tidak
bisa jauh dari rumah.
Maka dengan itu aku memutuskan untuk kuliah di Universitas
Muhammadiyah Magelang, yang kira – kira satu jam perjalanan dari rumahku, itu
adalah universitas terdekat dari rumahku yang mempunyai prodi yang kusukai
yaitu PGSD.
Hari pertama awal masuk kuliah dimuali, hari –hari itu aku
masih berangkat dari rumah untuk pergi ke kampus, karena aku tidak ingin
mencari kos dulu karena aku masih betah dan masih pengen dirumah, aku
punbertahan menempuh perjalanan yang lumayan jauh untuk menuju ke kapus selama
dua semester, sebelum rara capeku melandaku setiap hari di awal awal semester
tiga karena aku harus sering pulang malem karena banyaknya kegiatan di kampus.
Seakan tubuh ini tak kuat lagi menahan rasa capek yang harus kualami setiap
hari.
Demi tubuh dan jiwaku aku memutuskan untuk mencari kos –
kosan, meskipun rasa capek sedikit hilang namun rasa rinduku akan rumahku tak
dapat lepas dari pikiranku, aku tak bisa menyamakan kosku seperti rumahku
sendiri.
Aku hanya bisa bertahan hidup di kos –kosan selama 3 bulan
dan aku memutuskan untuk tinggal dirumah, walaupun akan membuat tubuh ini
terasa capek setiap hari aku tidak akan menghiraukanya yang penting aku bisa
lebih senang kalau tinggal dirumah dari pada di kos. Hari – hari terus berlalu aku menjalankan
kuliahku seperti biasanya, dan mungkin karena aku telah terbiasa dengan
perjalanan jauh ke kampus dari rumah, maka rasa cepek yang dulu kualami setiap
hari itu kini menjadi hilang dan sudah menjadi hal yang biasa bagi tubuhku. Hingga
sampai sekarang aku telah mencapai semester 4 aku tidak pernah berkeinginan
untuk mencari kos kosan lagi.
Mungkuin karena kcintaanku dan betapa banyak kenangan -
kenangan yang ada dirumah membuatku selalu merindukanya dan ingin kembali ke
rumahku, ku tak bisa jauh dari rumahku karena ia selalu melindungiku dan selalu
memberi kenyamanan bagi ku. Dan ku berjanji kan selalu menjaganya dan
merawatnya seperti ia merawatku.
Rumahku ku rindu dikala pagi, siang, sore ataupun malam,
rumahku yang selalu menenangkanku yang selalu melindungiku dan yang selalu
menyambutku dikala aku pulang dan pintunya sesalu terbuka untukku dan
keluargaku.
Terimaksih rumahku sungguh kau adalah pelindung yang tak akan
pernah bicara untuk meminta balasan kepada tuanmu. Rumahku tetaplah kokoh dan
lindungilah semua orang yang meminta perlindungan kepadamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar